Indonesia kedatangan delegasi dari Etiopia pada 6-10 Oktober 2014.
Kunjungan mereka dipimpin oleh Dr. Abraham Takeste, menteri pembangunan
ekonomi untuk Kementrian Keuangan dan Pembangunan Ekonomi (MoFED)
Etiopia.
“Kami telah belajar banyak namun kami paling terkesan dengan
penerapan PNPM. Masyarakat berpartisipasi secara aktif, mulai dari
mengidentifikasikan kebutuhan hingga menyusun prioritas proyek
pembangunan,” ujar Dr. Abraham ketika akan meninggalkan Kecamatan Dompu
pada hari Jumat, 10 Oktober, 2014.
Anggota delegasi meliputi perwakilan program akuntabilitas sosial
Etiopia yaitu Ethiopian Social Accountability Program (ESAP2). Program
ini bertujuan untuk membantu masyarakat menyuarakan kebutuhan dan
aspirasi mereka sehingga tercipta akses yang lebih baik terhadap lima
sektor utama pelayanan dasar yaitu pendidikan, kesehatan, air bersih dan
sanitasi, serta pertanian dan jalanan di perdesaan.
Di Jakarta, mereka bertemu dengan pemerintah nasional yang menangani
PNPM dan mendapatkan penjelasan mengenai kerja PNPM. Mereka kemudian
melakukan perjalanan ke Kecamatan Dompu di Nusa Tenggara Barat untuk
menyaksikan penerapan dan wujud program di tingkat lokal.
15 orang anggota ESAP2 ikut serta dalam kunjungan pertukaran wawasan
ini. Anggota delegasi lainnya adalah perwakilan dari kementrian
pertanian, para donatur, sekretariat program, organisasi masyarakat yang
menerapkan ESAP2, serta Bank Dunia.
Pada rapat konsultatif di Jakarta yang diadakan oleh Pokja Pengendali
PNPM Mandiri, para anggota delegasi mendapatkan penjelasan mengenai
kebijakan pengelolaan dan akuntabilitas yang menjadi kunci kesuksesan
PNPM.
“Tata kelola –termasuk transparansi dan akuntabilitas—merupakan
prinsip utama PNPM Mandiri. Kami merasa terhormat menerima kunjungan
ini. Kami persilakan bapak dan ibu untuk mengamati dan mempelajari
bagaimana prinsip-prinsip tersebut diterapkan oleh masyarakat,
fasilitator, dan pemerintah lokal,” ucap Drs. Hadi Susanto, M.A, wakil
asisten bidang regulasi dan anggaran di Kemenkokesra.
Delegasi Etiopia berkesempatan menyaksikan masyarakat melakukan
kegiatan PNPM dengan tetap menjaga akuntabilitas. Di Dompu, mereka
mengamati masyarakat menyusun perencanaan desa, mengikuti rapat khusus
wanita, dan rapat mengenai akuntabilitas terkait berbagai sub-proyek
yang dilakukan masyarakat. Mereka bahkan turut berdiskusi dengan
pemerintah lokal, fasilitator PNPM, dan para relawan.
“Di Jakarta, kami telah diberikan penjelasan mengenai transparansi
dan akuntabilitas. Kemudian kami menyaksikan sendiri bagaimana PNPM
memberdayakan masyarakat, bagaimana masyarakat terlibat aktif, dan
sebagai hasilnya, kehidupan masyarakat berubah menjadi lebih baik.”
Abraham melanjutkan bahwa mereka bertekad untuk menerapkan pendekatan
PNPM dalam mendorong partisipasi masyarakat di negara mereka.
Partisipasi masyarakat tidak hanya terkait dengan perencanaan dan
penerapan kegiatan, namun juga perbaikan akuntabilitas pelayanan dasar
seperti pendidikan dan penyediaan air bersih.
“Ini adalah salah satu kunci pembelajaran. Untuk meningkatkan
program akuntabilitas sosial, kami ingin menerapkan contoh dari PNPM di
Etiopia,” jelas Abraham.
Program ESAP mendorong terciptanya akuntabilitas sosial di lima
pelayanan dasar dengan dukungan dari PBS3 atau Ethiopia’s national
Protecting Basic Services Program Phase 3. Program ini dilaksanakan
oleh 49 organisasi masyarakat di 223 distrik. Terdapat total 948
distrik di sembilan wilayah Etiopia. Tujuan ESAP2 secara umum adalah
untuk meningkatkan penggunaan instrumen, pendekatan, dan mekanisme
akuntabilitas sosial sehingga pelayanan dasar terhadap masyarakat dapat
dilakukan dengan layak, efektif, efisien, responsif, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Delegasi Etiopia juga mengamati bahwa partisipasi aktif masyarakat
dalam kegiatan PNPM merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat lokal.
Masyarakat mendapatkan ruang untuk menyampaikan aspirasinya, serta
memperoleh keterampilan untuk mengidentifikasikan dan menerapkan proyek
pembangunan sehingga ekonomi lokal dapat berkembang dan jati diri mereka
sebagai warga negara terakui.
“Kami telah melihat proyek yang dilakukan masyarakat. Kualitas proyek tersebut sangat luar biasa,” ucap Abraham.
Kepala distrik Dompu, Drs. Bambang M. Yasin, mengundang delegasi
Etiopia untuk acara makan bersama. Dalam acara tersebut, beliau
menyampaikan bahwa tingkat kemiskinan di distriknya telah berkurang
sebanyak 4 persen akibat kegiatan PNPM Mandiri.
“Melalui PNPM, masyarakat dapat terlibat penuh dalam kegiatan
perencanaan hingga manajemen konstruksi dan pemeliharaan. Kegiatan
dilakukan secara transparansi dan dapat dipertanggungjawabkan. PNPM
telah memberdayakan banyak desa terpencil di sini. Terdapat banyak
sub-proyek di sini yang dibangun atas kerjasama masyarakat dengan PNPM.
Kami tidak pernah menyangka perkembangan ini sebelumnya. Luar biasa,”
ujar Bambang sambil menunjukkan gambar jembatan di antara dua pulau
kecil yang dibangun oleh masyarakat dan PNPM.
Kesuksesan dan jangkauan PNPM Mandiri di Indonesia sebagai program
pembangunan berbasiskan masyarakat telah dikenal secara luas. PNPM
telah diterapkan di lebih dari 74.000 desa di seluruh Nusantara.
Berbagai negara dari penjuru dunia datang untuk belajar mengenai PNPM
mengatasi kemiskinan di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir,
Indonesia telah berbagi pengalaman terkait penerapan PNPM dengan
delegasi dari Afganistan, Cina, Kolumbia, Haiti, India, Kenya, Mianmar,
Pakistan, Filipina, Timor Leste, dan Vietnam. Dampak PNPM dalam
pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan di Indonesia telah
menembus batas teritori Indonesia.
“Saya dan anggota delegasi sangat terkesan dan terinspirasi oleh
hal-hal yang kami temui di sini, terutama komitmen masyarakat,
pemerintah lokal, pemerintah distrik dan kecamatan. Ada banyak
pelajaran yang kami ambil dari kunjungan kami ini di Indonesia,” Dr.
Abraham menutup sambutannya.
No comments:
Post a Comment