Kanda Tarmizi Karim
Di negara maju peran pemerintah sangat minim dalam
mengatur masyarakatnya, mereka lebih cenderung bertindak sebagai fasilitator.
Aceh dengan progress PNPM terbaik secara nasional tentunya sangat membanggakan,
khususnya bagi saya, tapi apa yang kurang..................?
Dalam sebuah pertemuan di Hanoi yang diikuti oleh 15 Negara Asia Fasifik yang mana sebelumnya saya sebagai ketua dari gabungan
negara-negara tersebut yang
bernama Centre on Integrated Rural Development for Asia and The Pacific
(CIRDAP), terungkap bahwa mereka sangat berkeinginan untuk dapat
menerapkan pola pembangunan seperti yang dilaksanakan oleh PNPM, bahkan
beberapa negara seperti Miyanmar telah melakukan studi banding langsung ke
Indonesia untuk menerapkan sistem pembangunan sebagaimana dilakukan oleh PNPM
di negara mereka.
Setelah terpilihnya wakil dari Vietnam sebagai ketua CIRDAP yang baru, dan proses serah
terima jabatan dilakukan, saya menyempatkan diri berkunjung ke salah satu desa
mereka untuk meninjau kemajuan mereka, apa yang dibuat disana...........?
Vietnam sebagai sebuah negara Sosialis
Komunis yang mana tanahnya dikuasai penuh oleh negara dan dipergunakan
sepenuhnya untuk kepentingan masyarakat. Dulu mereka sering mengajak kita untuk
bekerjasama dalam rangka memenuhi kebutuhan akan buah-buahan dan pangan
dinegara mereka, tapi sekarang mereka telah memiliki buah-buahan yang jauh
lebih baik dari kita dan kita kalah........... Desa yang saya kunjungi
kebetulan salah satu desa yang menjadi sentra produksi teh, mereka memiliki
pabrik dengan sistem pengolahan dari petani ke pabrik dan pemasaran yang siap
mendistribusikan kesetiap daerah di Vietnam.
Konsep kedepan sesuai dengan potensi desa
masing-masing atau dalam satu kawasan mestilah memiliki satu product unggulan
yang siap dikemas dengan mesin industri sederhana dan sampai ke proses
MARKETING. Konsep pemberdayaan harus produktif “One Village One Product”.
Saya masih teringat bagaimana mereka membagikan
Souvenir dari teh yang telah di pack dengan kemasan yang menarik sebagai “Bungoeng
Jaroe”. Nah ....... kita mau kasih apa ....? karna masalah kita tidak memiliki product
lokal ditingkat desa yang bisa diandalkan.
Model yang ada ditempat orang sebenarnya tidak jauh
beda dengan ditempat kita, tapi kita belum punya design industri yang
sistematis dari hulu sampai ke hilir. Saya telah mengajak Pusat Riset India ke
Indonesia dan kita akan bangun Laboratorium SAIN, dan contoh barang
yang berhasil itulah yang mau kita bawa ke tengah-tengah masyarakat kita,
sebagai “Inti Plasma” yang ada produksi disetiap lokasi pemberdayaan. Jangan
biarkan negara kita menjadi pasar bagi negara lain, Blang Meu ateueng, Ureueng Meu
Peutua, Jak Ube Lot Tapak, Duek Ube Lot Punggong, Ta Tinggong Ube Na Kuasa.....
Bagaimana PNPM kedepan ............?
Tidak mungkin putus ditengah jalan, karna ini adalah
Program Nasional yang telah kita mintakan masyarakat terlibat untuk
berpartisipasi didalamnya, tapi karena pemberlakuan Undang-Undang Desa telah
dilakukan pemotongan dana BLM PNPM yang termasuk kedalam 10 persen transfer
kepada daerah dari pemerintah pusat, yang dihitung-hitung lebih kurang 700
trilyun, disamping Alokasi Dana Desa (ADD) dengan total keseluruhan sekitar 1,4
milyar perdesa. UU Desa mengatur tentang tata laksana desa ke depan dan disebutkan
pola pelaksanaan UU Desa persis seperti Pola pelaksanaan PNPM. Kita juga sedang
mengupayakan agar khusus dana BLM PNPM agar dapat dikembalikan ke posisi semula
dan tidak termasuk kedalam bagian yang harus dipotong. “Meunyo Han Ta Tem Oseuha Pane Na
Teuka Troeh Di Manyang”. Partisipasi masyarakat yang terjadi di PNPM adalah Real dari
keinginan masyarakat sendiri. Partisipasi tumbuh dan berkembang dengan
membangun “Truss Building”. Saya teringat ungkapan seorang masyarakat
dalam sebuah kunjungan lapangan “Kami seperti ini yang kami mau” dan itu asli
pengakuan dari masyarakat. Kantor kami juga pernah beberapa kali di demo oleh
warga yang menuntut untuk tetap dilanjutkannya program PNPM, karna melalui
program inilah masyarakat dapat berpartisipasi penuh mulai dari proses
perencanaan , pelaksanaan sampai ke pemanfaatan dan pelestariannya.
Ingat saya pada sebuah ungkapan dari seorang profesor
yang menjadi guru besar saya, “Jangan Bangun Dengan Lidah Mu, Tapi Bangun
Dengan Kuping Mu”. Baru sekarang
saya memahami apa yang menjadi maksud beliau. Listening To People’s,
dan sesuai juga dengan ayat-ayat dalam al-quran yang sering menyebutkan tentang
Sama’ dan Bashar yaitu mendengar dan melihat, yang mana hal tersebut adalah
salah satu dari sifat-sifat Allah yaitu Maha Mendengar dan Maha Melihat.
Sebagai Fasilitator kita harus dengar keluhan
masyarakat, “Bek ta peuduek Ate bak Geulinyueng”, Fasilitator harus melatih
kuping dan membangun kasih sayang kepada masyarakat, Support masyarakat
agar mereka merasa diperhatikan oleh Pemerintah. Jangan segan-segan membantu
masyarakat miskin agar mereka bisa MANDIRI. Untuk mewujudkan hal
tersebut maka membutuhkan GERAKAN PEMBERDAYAAN yang
sistematis, kuncinya ada pada PENDAMPINGAN, KEPEDULIAN KITA DAN
KEBERPIHAKAN PADA GAMPONG.
Peace Mainstream Development, Jangan saling menyalahkan lagi,
Kejayaan ACEH akan hadir dengan keikhlasan kita. Ini adalah proses transisi.
Hai orang-orang yang berselimut (Al-Mudatsir) nanti
dilihat lagi.........
1. Besarkan Asma Allah
2. Bersihkan Hati
3. Bersihkan Jiwa
4. Tinggalkan Dosa
5. Jangan Ambil Upah Berlebihan
1. Besarkan Asma Allah
2. Bersihkan Hati
3. Bersihkan Jiwa
4. Tinggalkan Dosa
5. Jangan Ambil Upah Berlebihan
Kalau belum juga berhasil maka Beribadahlah Kepada Allah.
No comments:
Post a Comment