Tarmizi Karim | Bagaimana PNPM Kedepan....?

10/06/2014


Semalam Bersama 
Kanda Tarmizi Karim

Di negara maju peran pemerintah sangat minim dalam mengatur masyarakatnya, mereka lebih cenderung bertindak sebagai fasilitator. Aceh dengan progress PNPM terbaik secara nasional tentunya sangat membanggakan, khususnya bagi saya, tapi apa yang kurang..................?
Dalam sebuah pertemuan di Hanoi yang diikuti oleh 15 Negara Asia Fasifik yang mana sebelumnya saya sebagai ketua dari gabungan negara-negara tersebut yang bernama Centre on Integrated Rural Development for Asia and The Pacific (CIRDAP), terungkap bahwa mereka sangat berkeinginan untuk dapat menerapkan pola pembangunan seperti yang dilaksanakan oleh PNPM, bahkan beberapa negara seperti Miyanmar telah melakukan studi banding langsung ke Indonesia untuk menerapkan sistem pembangunan sebagaimana dilakukan oleh PNPM di negara mereka.

Setelah terpilihnya wakil dari Vietnam  sebagai ketua CIRDAP yang baru, dan proses serah terima jabatan dilakukan, saya menyempatkan diri berkunjung ke salah satu desa mereka untuk meninjau kemajuan mereka, apa yang dibuat disana...........? Vietnam sebagai sebuah negara Sosialis  Komunis yang mana tanahnya dikuasai penuh oleh negara dan dipergunakan sepenuhnya untuk kepentingan masyarakat. Dulu mereka sering mengajak kita untuk bekerjasama dalam rangka memenuhi kebutuhan akan buah-buahan dan pangan dinegara mereka, tapi sekarang mereka telah memiliki buah-buahan yang jauh lebih baik dari kita dan kita kalah........... Desa yang saya kunjungi kebetulan salah satu desa yang menjadi sentra produksi teh, mereka memiliki pabrik dengan sistem pengolahan dari petani ke pabrik dan pemasaran yang siap mendistribusikan kesetiap daerah di Vietnam.

Konsep kedepan sesuai dengan potensi desa masing-masing atau dalam satu kawasan mestilah memiliki satu product unggulan yang siap dikemas dengan mesin industri sederhana dan sampai ke proses MARKETING. Konsep pemberdayaan harus produktif “One Village One Product”.
Saya masih teringat bagaimana mereka membagikan Souvenir dari teh yang telah di pack dengan kemasan yang menarik sebagai “Bungoeng Jaroe”. Nah ....... kita mau kasih apa ....?  karna masalah kita tidak memiliki product lokal ditingkat desa yang bisa diandalkan.

Model yang ada ditempat orang sebenarnya tidak jauh beda dengan ditempat kita, tapi kita belum punya design industri yang sistematis dari hulu sampai ke hilir. Saya telah mengajak Pusat Riset India ke Indonesia dan kita akan bangun Laboratorium SAIN, dan contoh barang yang berhasil itulah yang mau kita bawa ke tengah-tengah masyarakat kita, sebagai “Inti Plasma” yang ada produksi disetiap lokasi pemberdayaan. Jangan biarkan negara kita menjadi pasar bagi negara lain, Blang Meu ateueng, Ureueng Meu Peutua, Jak Ube Lot Tapak, Duek Ube Lot Punggong, Ta Tinggong Ube Na Kuasa.....

Bagaimana PNPM kedepan ............?
Tidak mungkin putus ditengah jalan, karna ini adalah Program Nasional yang telah kita mintakan masyarakat terlibat untuk berpartisipasi didalamnya, tapi karena pemberlakuan Undang-Undang Desa telah dilakukan pemotongan dana BLM PNPM yang termasuk kedalam 10 persen transfer kepada daerah dari pemerintah pusat, yang dihitung-hitung lebih kurang 700 trilyun, disamping Alokasi Dana Desa (ADD) dengan total keseluruhan sekitar 1,4 milyar perdesa. UU Desa mengatur tentang tata laksana desa ke depan dan disebutkan pola pelaksanaan UU Desa persis seperti Pola pelaksanaan PNPM. Kita juga sedang mengupayakan agar khusus dana BLM PNPM agar dapat dikembalikan ke posisi semula dan tidak termasuk kedalam bagian yang harus dipotong. “Meunyo Han Ta Tem Oseuha Pane Na Teuka Troeh Di Manyang”. Partisipasi masyarakat  yang terjadi di PNPM adalah Real dari keinginan masyarakat sendiri. Partisipasi tumbuh dan berkembang dengan membangun “Truss Building”. Saya teringat ungkapan seorang masyarakat dalam sebuah kunjungan lapangan “Kami seperti ini yang kami mau” dan itu asli pengakuan dari masyarakat. Kantor kami juga pernah beberapa kali di demo oleh warga yang menuntut untuk tetap dilanjutkannya program PNPM, karna melalui program inilah masyarakat dapat berpartisipasi penuh mulai dari proses perencanaan , pelaksanaan sampai ke pemanfaatan dan pelestariannya.

Ingat saya pada sebuah ungkapan dari seorang profesor yang menjadi guru besar saya, “Jangan Bangun Dengan Lidah Mu, Tapi Bangun Dengan Kuping Mu”.  Baru sekarang saya memahami apa yang menjadi maksud beliau. Listening To People’s, dan sesuai juga dengan ayat-ayat dalam al-quran yang sering menyebutkan tentang Sama’ dan Bashar yaitu mendengar dan melihat, yang mana hal tersebut adalah salah satu dari sifat-sifat Allah yaitu Maha Mendengar dan Maha Melihat.

Sebagai Fasilitator kita harus dengar keluhan masyarakat, “Bek ta peuduek Ate bak Geulinyueng”, Fasilitator harus melatih kuping dan membangun kasih sayang kepada masyarakat, Support masyarakat agar mereka merasa diperhatikan oleh Pemerintah. Jangan segan-segan membantu masyarakat miskin agar mereka bisa MANDIRI. Untuk mewujudkan hal tersebut maka membutuhkan GERAKAN PEMBERDAYAAN yang sistematis, kuncinya ada pada PENDAMPINGAN, KEPEDULIAN KITA DAN KEBERPIHAKAN PADA GAMPONG.

Peace Mainstream Development, Jangan saling menyalahkan lagi, Kejayaan ACEH akan hadir dengan keikhlasan kita. Ini adalah proses transisi.
Hai orang-orang yang berselimut (Al-Mudatsir) nanti dilihat lagi......... 
1.      Besarkan Asma Allah 
2.   Bersihkan Hati
3.   Bersihkan Jiwa
4.   Tinggalkan Dosa
5.   Jangan Ambil Upah Berlebihan
Kalau belum juga berhasil maka Beribadahlah Kepada Allah.
Konsep Undang-Undang Desa akan kita kawal bersama “ Bertaut dengan Keimanan Kita”. (Red. Arrijal Pase)


Share

No comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2015 PUGAGAMPONG.com
Powered By Blogger