Launching
perdana alokasi dana APBG 2015, kemandirian desa dengan sumber daya
manusia yang kurang memadai, bukan sekedar menguji taji bagi sejumlah
pejabat Geuchik di Aceh Utara. Dibalik prihal tersebut, benar-benar akan
terwujudkan suatu tanggung jawab penuh kesadaran serta ide-ide yang
membangun.
Seperti
di Kecamatan Langkahan, mungkin, kecamatan itu merupakan salah satu
kecamatan yang disebagian besar daerahnya masih menyandang nama
terisolir, selain itu kecamatan tersebut juga masih disebut-sebut
sebagai daerah terpencil serta kawasan yang gagap teknologi.
Hasil
reportase wartawan pada pertengahan Desember 2015, justru mendapatkan
hal yang ironis, ternyata pengalaman kemandirian desa Langkahan
sepatutnya mendapatkan apresiasi sebagai salah satu kecamatan yang aktif
dan sukses. Dibidang administrasi kecamatan ini menjadi percontohan
bagi kecamatan-kecamatan lain.
Rabu
pagi 09/12/15 bertepatan hari libur nasional, menjadi peluang besar
untuk melakukan pendalaman ilmu bagi semua aparatur desa di kecamatan
penghasil komuditi jenis Pinang, Jerut Nipis dan Kakao ini.
Pagi
itu, arah jarum jam tepat pada pakul 09.00 WIB, kepala Seksi
Pembangunan Masyarakat Desa (PMD) Kantor Camat Langkahan, Muzakir, SE
dengan menjinjing sebuah tas kerja berisi laptop dan modul pembelajar
memasuki Aula Balai Desa kecamatan yang bersangkutan.
Terdengar
riyuh diantara lirihnya suara ketikan laptop, ternyata sekitar puluhan
perangkat desa yang terdiri dari Bendahara Desa, Sekretaris Desa dan
Geuchik telah berkumpul seperti pelajar sekolahan menanti kedatangan
guru.
Salam
sapa saling menyahuti dengan takzim, ternyata bertepatan hari libur
ini, Muzakir tokoh muda yang pro aktif terhadap pembangunan masyarakat
ini, menghabiskan masa liburnya di kantor camat bersama aparatur desa
yang penuh antusias.
Selayak
kata pepatah, “Tidak terwujudnya suatu pembangunan, ketika didalam
jantung rakyat tidak memiliki jiwa tokoh muda yang perkasa di dalamnya,”
tentunya kata tersebut, pantas diapresiasikan kepada kasi PMD terkait.
Kecamatan
Langkahan memiliki beberapa kelebihan, sehingga mengekang satu kata
yakni SUKSES dalam proses tahun pertama kemandirian desa sesuai program
Menteri Desa Republik Indonesia.
Tahap
pertama dan kedua alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Gampong (APBG)
atau Anggaran Dana Desa (ADD) rampung 100 persen. 80 persen dari
keseluruhan dana tersebut teralokasikan sesuai standar proyek tanpa
terjadinya permasalahan.
Kebersamaan
tokoh masyarakat terlihat kental, demikian yang dilakukan oleh Forum
Geuchik. Bagi mereka forum ini bukan sekedar forum diskusi, namun bisa
merealisasikan teori untuk mengadvokasikan program-program Gampong eks
kewedanan Tanah Jambo Aye ini.
Langkah
besar yang efesien dan akuntable, forum Geuchik yang di ketuai oleh
Hamdani yang juga berkapasitas sebagai Geuchik Desa Pante Gaki Balee
didampingi tokoh inten yakni Geuchik Lubok Mane Hasan Ismail, Geuchik
Simpang Tiga M. Saleh, Geuchik Seureuke Sardilan dan Geuchik Krueng
Lingka Bakhtiar membentuk pengawas eksternal bagi desa-desa di kecamatan
yang bersangkutan, dimana para geuchik familiar kawasan terkait ini,
dipercayakan sebagai manusia berbobot.
Kegiatan
tersebut menurut mereka merupakan suatu langkah yang tepat untuk
melibatkan semua unsur baik ekternal maupun internal desa, termasuk
pembekalan Babinsa Koramil setempat, Polsek dan sejumlah tokoh besar
Komite Peralihan Aceh (KPA) beriring sejajar, dengan tujuan merubah
wajah kecamatan Langkahan kearah yang lebih berpotensi ke depan.
Para
Geuchik diwajibkan satu sama lain untuk melakukan pengawasan bersama
antar desa ke desa. “Kita melakukan hal ini, pastinya demi kemaslatan
bersama. Dengan melibatkan kerja pengawasan seperti ini, bisa juga untuk
langkah untuk mencontohkan pengalaman dari desa yang lebih mampu,” ujar
Hamdani didampingi Hasan Ismail.
“Dengan
kegiatan ini juga mampu meminimalisir problema yang terjadi
ditengah-tengah masyarakat. Kita melihat banyak juga permasalahan yang
terjadi antara pemerintah desa dengan masyarakat dibeberapa desa. Dengan
melakukan pengawasan bersama, kita juga memiliki kapasitas untuk
memediasi permasalahan tersebut hingga tuntas. Hal ini kita lakukan,
tentunya setelah semuanya bermusyawarah bersama dalam forum Geuchik,”
imbuh, Hasan.
Layaknya
study banding, demikian disebutkan. Kegiatan pengawasan ini juga
melahirkan gagasan lain bagi pemerintah desa lainnya saat mendapati
masalah disuatu desa. Kelayakan bangunan yang rentan menjadi sorotan,
juga menjadi komplain bersama, berikutnya dengan teguran halus
kebersamaan, mutu bangunan yang rentan terkait diperbaharui kembali.
“Kita
telah mendatangi beberapa desa, dan kita dari forum geuchik mendapati
proyek yang rentan di komplain. Disini kami sama-sama menyadari, tahun
pertama ini SDM yang dimiliki pemerintahan desa masih minim, kita
sama-sama belajar dan sama-sama mengawasi. Begitu ada indikasi masalahan
kita pecahkan segera dan hasilnya pun akan lebih transparan publik,”
kata Geuchik Bakhtiar atau lebih akrap disapa Geuchik Deth, Krueng
Lingka.
Kegiatan
forum Geuchik mendapatkan perhatian dan dukungan dari Muspika,
khususnya kecamatan. Camat Langkahan M. Jamil melalui Kasi PMD menilai
kegiatan yang dilakukan forum geuchik adalah langkah yang tepat untuk
mengatasi masalah. “Dengan kebersamaan, itu akan membuat pembangunan
Langkahan kedepan semakin utuh dan lebih baik. Kita tidak melihat dari
segi SDMnya, tapi kita melihatnya berdasarkan kemauan dan keinginan
untuk memahami dan melakukan, ternyata mereka antusias” kata Muzakir
dengan nada simpati.
Muzakir
terlihat seakan tak pernah merasakan lelah, peluh bercucuran
mengajarkan format isian administrasi desa mengunakan Lensa Fokus yang
dibeli dengan uangnya pribadi. “Awalnya saya merasa mustahil mereka akan
mengerti, karena rata-rata tidak memahami komputer, karena ingin
belajar, satu hari pertemuan saja mereka sudah menguasai Microsoft Word
dan Exxel. Ini nilai plus buat mereka yang baru mengenal apa itu
komputer,” ucapnya seraya mengeluarkan tawa.
Mengejutkan
dan layak dipercontohkan, tidak sedikit desa di 852 desa di Aceh Utara
di 23 kewedanan Camat bisa mempelari cara membuat laporan sendiri.
Sementara, banyak kabar yang berhembus, desa-desa lebih praktis membayar
petugas untuk membuatkan laporan seperti LPJ, yang bersedia dibayar
dengan nilai nominal yang fantastik. Namun, bedanya di Langkahan, dengan
ilmu cuma-cuma yang diajarkan kasi PMD, operator desa diwajibkan kuasai
format administrasi untuk menyusunnya sendiri.
Awal
kucuran dana desa tahap pertama lalu, Muzakir mulai disibukan dengan
memberikan pemahaman dan sosialiasasi alokasi dana ADD. Pertemuan selalu
dilaksanakan ketika waktu luang. Tidak hanya usai jam dinas, hingga
malam pun mereka masih melakukan proses belajar mengajar, termasuk hari
libur Nasional. Kegiatan tersebut masih berlangsung hingga akhir
Desember 2015.
Apresiasi
utama yang membuat Kasi PMD ini puas yaitu, ketika sejumlah aparatur
yang dulunya berteman dengan cangkul dan parang, kini bergumul dengan
komputer. Dari nol sekian persen aparatur desa yang memahami komputer,
berkat buah tangan Muzakir, hampir 100 persen aparatur desa nyaris
menguasi komputer berikut format isian pentingnya.(En)
No comments:
Post a Comment