Jakarta - Menteri Desa, Pembangunan Tertinggal dan
Transmigrasi (DPDTT) Marwan Jafar menyatakan dirinya terus memantau
berkurangnya pasokan yang menyebabkan melambungnya harga beras. Dia
mengaku khawatir hal itu berdampak kerawanan pangan di desa-desa yang
memang memiliki resiko rawan pangan, dan akan menghambat upaya
menjadikan desa lumbung pangan nasional.
"Saya sebagai menteri yang mengurusi desa tentu tidak akan tinggal
diam masih ada desa yang rawan pangan, seharusnya hal ini tidak terjadi
di negara kita ini yang kaya sumberdaya pangan," tutur Menteri Marwan
dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (27/2).
Secara faktual, desa mengalami rawan pangan karena stok pangan pokok
yang ada di desa tidak mencukupi kebutuhan pangan masyarakatnya.
Kerawanan pangan masih terus terjadi di desa yang tergolong miskin
dengan daya beli yang rendah terhadap pangan pokok. Keberadaan desa
rawan pangan tersebar di banyak daerah di jawa dan luar jawa.
"Masalah desa rawan pangan ini jangan sampai berlanjut menjadi
bencana kelaparan, karena bisa memicu terjadinya berbagai tindak
kriminalitas, dekadensi moral dan potensial merusak harmonitas tatanan
sosial di desa, jadi harus secepatnya kita atasi," terang Marwan.
Ia menjelaskan, untuk mengatasi masalah tersebut, langkah konkret
yang dilakukan adalah pengembangan desa mandiri pangan. Hal itu
dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada di desa untuk
meningkatkan ketersediaan pangan pokok dan meningkatkan daya beli
masyarakat terhadap pangan pokok.
Menurutnya, masalah desa rawan pangan sebenarnya terletak pada
kemiskinan warga desa yang menyebabkan mereka tidak mampu memenuhi
kebutuhan pangannya secara mandiri. Kemiskinan ini terjadi karena mereka
tidak memiliki kegiatan usaha produktif yang bisa memberi penghasilan
layak yang cukup untuk membeli beras, lauk pauk, sayuran, dan bahan
pangan pokok lainnya.
"Jadi solusinya adalah bagaimana memberdayakan masyarakat desa rawan
pangan, agar mereka bisa menjalankan suatu kegiatan produktif dengan
memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada di desa, bisa bertani,
beternak, berempang atau lainnya, yang penting hasilnya bisa mencukupi
kebutuhan pangan pokoknya secara mandiri," jelasnya.
Berbagai kegiatan produktif dapat dijalankan masyarakat dengan
memanfaatkan apa yang ada di desa. Seperti pembuatan pupuk kompos,
budidaya tanam sawah, tanaman buah, pembibitan, perikanan dan
peternakan. Atau olahan hasil hasil pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan. Atau nonpangan seperti kerajinan rakyat, pakaian tradisional,
ukir-ukiran, dan kegiatan produktif lainnya.
"Agar bisa menjalankan kegiatan produktifnya, masyarakat desa harus
terus diberdayakan. Mereka harus diberikan pelatihan untuk membangun
karakter, motivasi, wawasan dan keterampilan dalam bekerja dan berusaha
secara produktif. Dilanjutkan dengan pendampingan dan konsultasi usaha
agar kegiatan usahanya terkelola dengan baik dan memberikan hasil
maksimal," bebernya.
"Dan yang tidak kalah pentingnya adalah bantuan benih atau bibit
unggul, peralatan secukupnya untuk bekerja, juga dukungan permodalan
untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya."
Dalam konteks itu, lanjut Marwan, dana desa bantuan pusat dan daerah
yang akan diterima desa pada April nanti, dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi masalah kerawanan pangan di desa. Hal itu akan memberdayakan
warga miskin melalui bantuan modal kegiatan produktif di bidang pangan
atau nonpangan.
"Saya optimistis dengan bekerjanya BUMDes bukan hanya kerawanan
pangan di desa yang akan teratasi, lebih dari itu kesejahteraan
masyarakat akan meningkat, urbanisasi akan berkurang, dan menurunnya
secara signifikan angka kemiskinan di desa," tutur Menteri Marwan.
No comments:
Post a Comment